Kamis, 13 September 2012

Wisata Kelelawar di Simpang Lima Sukoharjo

selamat sore para pembaca..
Jumpa lagi sama bang ipul yang masih dan tetap ganteng aja..hehehe(daripada gak ada yang memuji). kali ini abang mau berbagi cerita tentang daerah Sukoharjo.. Wah..ada apa lagi ini?? BOM kah?? teroris kah?? atau Korupsi kah?? bukan....kali ini abang ingin berbagi cerita tentang sebuah bangunan bersejarah di Sukoharjo yang jarang di ketahui oleh banyak orang dan mungkin orang sukoharjo sendiri mungkin saja tidak tahu sama apa yang mau abang bicarakan sekarang..

Pada postingan kali ini abang mengangkat cerita tentang bangunan tua bersejarah yang unik.. Uniknya dari bangunan ini bukan karena keindahan arsitekturnya tetapi karena penghuninya.. ya.. penghuni dari bangunan ini bukan manusia.. Wah..Hantu??? bukan.. lalu?? Hewan.. Loh..kok bisa hewan?? ya.. karena penghuninya ini adalah kelelawar yang jumlah nya ratusan bahkan sampai ribuan..

Kelelawar ini tinggal di sebuah bangunan tua tepat di sebelah barat Simpang Lima Sukoharjo,, kalau teman-teman mau ke Wonogiri melewati sukoharjo ada Tugu Adipura nah sebelah baratnya,, Kelelawar tersebut keluar setiap sore hari sekitar pukul 16.30-17.00wib.. kelelawar tersebut keluar berhamburan, kalau tidak diperhatikan dengan baik-baik, kelelawar tersebut seperti ribuan burung Walet atau burung Sriti..

Kalau teman-teman pengen melihat, silahkan mampir sore hari duduklah di pojokan dekat masjid alun-alun sukoharjo sambil memesan kopi dan pemandangan sore hari yang indah karena langitnya bakal di selimuti ribuan kelelawar yang keluar dari sebuah bangunan tua tersebut..


Tidak banyak yang tahu kalau bangunan tua tersebut, pada jaman dulunya merupakan pusat pemerintahan pemkab Sukoharjo yaitu prnah menjadi kantor Bupati.. yang kemudian dialih-fungsinkan sebagai kantor Dinas Pembangunan Umum (DPU), sayangnya..gedung ini tidak pernah direnovasi.. bangunan tua tersebut terkesan menyeramkan karena atap bangunan tersebut sudah banyak yang bolong-bolong dengan bau kotoran yang memang agak menyengat ketika didekati.. Menurut artikel yang abang liat di  Joglo semar(14/06/12) mengatakan bahwa bangunan tersebut didirikan pada tahun 1948 dengan tersisa 9 tiang penyangga yang terbuat dari kayu jati yang masih asli sejak didirikannya bangunan tersebut..

Menurut abang sih,. bangunan ini memang harusnya di renovasi lah.. kalau gak mau ya dimasukan ke warisan budaya daerah sukoharjo sehingga dijadikan tempat wisata.. setuju???

Rabu, 12 September 2012

Semangat Generasi Muda dalam Melestarikan Kesenian Karawitan


Selamat malam para pembaca sekalian.. 
Sebenernya abang sudah lama mempunyai keninginan untuk memuat postingan ini, tetapi baru kesampaian sekarang. Mohon dimaklumi kesibukan kuliah memang membuat abang jarang untuk sekedar membuka blog saja.. Oke lanjut saja ya gak perlu panjang lebar tanpa perlu basa-basi lagi langsung ke intinya saja.. Pada postingan kali ini abang merasa sangat senang dengan adanya semangat dari para generasi muda saat ini yang sudah sadar untuk melestarikan budaya Indonesia yaitu karawitan yang berasal dari budaya Jawa.. 

Instrumen Gamelan dalam Karawitan
Karawitan merupakan sebuah karya seni yang berupa musik tradisional jawa, seperti musik klasik kesenian karawitan ini mempunyai instrumen khusus dan unik, beberapa instrumen tersebut dalam bahasa jawa disebut gamelan, instrumen gamelan terdiri dari beberapa alat yaitu antara lain gendhang, bonang barung, bonang penerus, saron, demung, balungan, siter, kecapi, kethuk-kempyang, kenong, gong, dan masih banyak lagi instrumen yang digunakan dalam karawitan (bilang aja abang lupa jenis-jenis gamelannya..hehe), semakin lengkap macam instrumen yang digunakan maka semakin indah lah suara yang dihasilkan.. 


Kesenian Karawitan biasa digunakan untuk mengiringi suatu pertunjukan misalnya digunakan untuk mengiringi seni tari, seni vokal, seni pedhalangan, dan sebagainya..  Karawitan ini terdiri dari laras slendro dan pelog, keduanya merupakan susunan nada yang digunakan untuk memainkan gamelan tersebut,, kalau dalam musik nya bethoven ada nada diatonis-pentatonis nah semacam itulah kiranya..(ternyata musik kita jaman dulu sudah mengenal nada semacam ini ya.. keren!).

“Neg ora awak e dewe sing nguri-uri, sopo meneh?”  

Pada kenyataan nya.. anak muda jaman sekarang, kebanyakan sih yang abang amati pada banyak yang gak suka kesenian karawitan. Kebanyakan dari mereka(anak muda) lebih suka sama musik-musik luar dan jarang sekali pada ngedengerin musik karawitan. Abang sih gak menyalahkan ya kalau misalnya mereka pada suka musik luar, asal selama tidak meninggalkan musik dalam negri apalagi ini kan musik kebudayaan kita sendiri, dan yang membuat abang agak berbangga dan juga bersedih itu pas ada pertunjukan wayang di kampus abang, ada bule yang bisa nyinden (vokal) dan di deket daerah abang ada beberapa orang dari jepang dan australia pada belajar karya seni kita.. gile aja tuh, bela-belain cari paspor tinggal di Indonesia dan belajar budaya kita.. Bangga gak tuh, harusnya bangga ya.. iya sih,, bangga lah siapa juga yang gak bangga kebudayaan kita terkanal sampai bule pun mau belajar kesenian kita, berarti enggak kalah tuh musik kita sama musiknya cristian bautista atau cristina perry..hehehe Cuma yang abang sayangkan itu generasi muda kitanya sendiri yang luar biasa sedikitnya yang mau belajar musik kita sendiri,, 

Pernah abang tanya kenapa mereka gak suka musik karawitan, lalu ada yang alasan musiknya sulit lah, musiknya orang jaman dulu lah, ada yang bilang musik nya terlalu slow lah, biayanya mahal lah dan banyak lagi alasan mereka buat lari dari pertanyaan abang.. Memang bener kalau mau belajar gamelan itu butuh biaya gak seberapa khususnya dalam pembelian instrumen karena harus se-paket gak kayak band bisa beli gitarnya aja maennya kalau di studio, kalau karawitan mah enggak ada studionya.. ada juga paling di sekolahan(pasti juga gak boleh kalau dipinjem buat maen juga..).
Generasi muda Desa Dayu yang sedang asik belajar memainkan instrumen gamelan balungan

Alhamdulilah.. akhirnya di desa Dayu kecamatan Weru kabupaten Sukoharjo, sekarang sudah tersedia fasilitas dan tempat bagi para generasi muda yang mau dan ikhlas belajar kesenian karawitan.. Abang turut bahagia akhirnya kesenian karawitan tidak hanya di dengar tetapi sekarang bisa dimainkan oleh generasi muda yang sadar akan kesenian karawitan.. Bagi teman-teman yang mau belajar, silahkan datang atau mampir untuk sekedar melihat para generasi muda kita yang belajar karawitan disana untuk jadwal latihan dilaksanakan setiap malam jumat bagi para pemuda yang latihan dan malam senin performance-nya,, bagi yang belum bisa tapi ingin mencoba belajar tidak perlu takut kesulitan cara memainkannya, karena di desa Dayu tersebut juga di bimbing oleh guru karawitan yang sudah ahli dalam bidangnya.. Pernah abang mendengar perkataan dari ketua pemuda di desa tersebut “Neg ora awak e dewe sing nguri-uri, sopo meneh?” (Kalau tidak kita yang melestarikannya, siapa lagi).  ya.. benar, karawitan memang budaya peninggalan nenek moyang kita,, Buktikan kalau kita 100% Indonesia..!!!!!  Ada yang berminat belajar???

Selasa, 11 September 2012

ASAS-ASAS BIMBINGAN DAN KONSELING

ASAS-ASAS BIMBINGAN DAN KONSELING

Menurut Ferdy Pantar  ( 2009 ) dalam blognya, penyelenggaran layanan dan kegiataan pendukung bimbingan dan konseling, selain dimuati oleh fungsi dan didasarkan pada prinsip-prinsip tertentu, juga harus memenuhi sejumlah asas bimbingan. Pemenuhan asas-asas bimbingan itu akan memperlancar pelaksanaan dan lebih menjamin keberhasilan layanan / kegiatan, sedangkan pengingkarannya dapat menghambat atau bahkan menggagalkan pelaksanaan, serta mengurangi atau mengaburkan hasil layanan / kegiatan bimbingan dan konseling itu sendiri.

Betapa pentingnya asas-asas bimbingan konseling ini sehingga dikatakan sebagai jiwa dan nafas dari seluruh kehidupan layanan bimbingan dan konseling. Apabila asas-asas ini dijalankan dengan tidak baik, penyelenggaraan bimbingan dan konseling akan berjalan tersendat-sendat atau bahkan terhenti sama sekali.

Pelayanann bimbingan dan konseling merupakan pekerjaan profesional, oleh sebab itu, harus dilaksanakan dengan mengikuti kaidah-kadah atau asas-asas tertentu. Dengan mengikuti kaidah-kaidah asas-asas tersebut diharapkan efektivitas dan efisiensi proses bimbingan dan konseling dapat tercapai.

Slameto (1986)  membagi asaas-asas  bimbingan Dan konseling menjadi dua bagian, yaitu (1) asas-asas bimbingan dan konseling yang berhubungan dengan individu (siswa) dan (2) asas-asas bimbingan dan konseling yang berhubungan denagn praktik atau pekerjaan bimbingan.
1.      Asas­-asas bimbingan yang berhubungan dengan siswa

a. Tiap-tiap siswa mempunyai kebutuhan
Tiap-tiap siswa sebagai individu mempunyai kebutuhan yang berbeda baik jasmaniah (fisik) maupun rohaniah (psikis).
b. Ada perbedaan diantara siswa (asas perbedaan siswa)
Dalam teori individualitas ditegaskan bahwa tiap-tiap individu berbeda. Demikaian halnya siswa sebagai individu jelas mempunyai perbedaan.
c. Tiap-tiap individu (siswa) ingin menjadi dirinya sendiri
Relevan dengan asas perbedaan individu diatas, tiap-tiap individu ingin menjadi dirinya sendiri sesuai dengan ciri-ciri atau karakteristik pribadinya masing-masing.
d. Tiap-tiap individu (siswa) mempunyai dorongan untuk menjadi matang
Dalam tiap-tiap tahapan perkembangannya, setiap siswa mempunyai dorongan yang kuat untuk menjadi matang,produktif,dan berdiri sendiri (mandiri).
e. Tiap-tiap siswa mempunyai masalah dan mempunyai dorongan untuk menyelesaikannya.
Tidak ada individu (siswa) yang tidak memiliki masalah. Mungkin tidak ada pula individu tidak ingin masalahnya terselesaikan. Apalagi individu (siswa) yang sedang dalam proses perkembangannya, pasti memiliki masalah.

2.      Asas yang berhubugan dengan praktik atau pekerjaan bimbingan
Menurut Arifin dan Ety Kartkawati (1995) dan Prayitno dan Erman Amti (1999) asas yang berkenaan dengan praktik atau pekerjaan bimbingan dan konseling adalah:
a. Asas kerahasiaan
Asas yang menentukan dirahasiakannya segenap data dan keterangan siswa ( klien ) yang menjadi sasaran layanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui orang lain. Dalam hal ini,guru pembimbing ( konselor ) berkewajiban memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaannya benar-benar terjamin.
b. Asas kesukarelaan
Asas yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan siswa ( klien ) mengikuti / menjalani layanan / kegiatan yang diperuntukan baginya. Guru pembimbing ( konselor ) berkewajiban membina dan menggembangkan kesukarelaan seperti itu.
c. Asas keterbukaan
Asas yang menghendaki agar siswa ( klien ) yang menjadi sasaran layanan/kegiatan bersikap terbuka dan tidak berpura-pura, baik dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Guru pembimbing ( konselor ) berkewajiban mengembangkan keterbukaan siswa ( klien ). Agar siswa ( klien ) mau terbuka, guru pembimbing ( konselor ) terlebih dahulu bersikap terbuka dan tidak berpura-pura. Asas keterbukaan ini bertalian erat dengan asas kerahasiaan dan kesukarelaan.
d. Asas kegiatan
Asas yang menghendaki agar siswa ( klien ) yang menjadi sasaran layanan dapat berpartisipasi aktif dalam penyelenggaraan / kegiatan bimbingan. Guru pembimbing ( konselor) harus mendorong dan memotivasi siswa untuk aktif dalam setiap layanan / kegiatan yang diberikan kepadanya.
e. Asas kemandirian
Asas yang menunjukan pada tujuan umum bimbingan dan konseling; yaitu siswa ( klien ) sebagai sasaran layanan / kegiatan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi individu-individu yang mandiri, dengan ciri-ciri mengenal diri sendiri. Guru pembimbing ( konselor ) hendaknya mampu mengarahkan segenap layanan bimbingan dan konseling bagi berkembangnya kemandirian siswa.
f. Asas kekinian
Asas yang menghendaki agar objek sasaran layanan bimbingan dan konseling, yakni permasalah yang dihadapi siswa / klien adalah dalam kondisi sekarang. Adapun kondisi masa lampau dan masa depan dilihat keterkaitan dengan apa yang ada dan perbuat siswa ( klien ) pada saat sekarang.
g. Asas kedinamisan
Asas yang menghendaki agar isi layanan terhadap layanan ( siswa/klien) hendaknya selalu bergerak maju, tidak menoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai kebutuhan dan tahap perkembangan nya dari waktu ke waktu.
h. Asas keterpaduan
Asas yang menghendaki agar berbagai layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, seling menunjang, harmonis, dan terpadu. Dalam hal ini, kerja sama dan koordinasi dengan berbagai pihak yang terkait dengan bimbingan dan konseling menjadi amat penting dan harus dilaksanakan sebaik-baiknya.
i. Asas kenormatifan / Asas keharmonisan
Asas yang menghendaki agar seluruh layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada norma-norma, baik norma agama, hukum, peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku. Bahkan, lebih jauh lagi, layanan / kegiatan bimbingan dan konseling ini harus dapat meningkatkan kemampuan siswa ( klien ) dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan norma-norma tersebut.
j. Asas keahlian
Asas yang menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakaan atas dasar kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini, para pelaksanan layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling lainnya hendaknya merupakan tenaga yang benar-benar ahli dalam hal bimbingan dan konseling. Profesionalitas guru pembimbing ( konselor ) harus terwujud, baik dalam pnyelenggaraan jenis-jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling maupun dalam penegakan kode etik bimbingan dan konseling.
k. Asas alih tangan kasus
Asas yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan siswa ( klien ) dapat mengalihtangankan kepada pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing ( konselor ) dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain. Demikian pula, sebaliknya guru pembimbing ( konselor ), dapat mengalihtangankan kasus kepada pihak yang lebih kompeten, baik yang berada di dalam lembaga sekolah maupun di luar sekolah.
l. Asas Tut Wuri Handayani
Asas yang menghendaki agar pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana mengayomi ( memberikan rasa aman ), mengembangkan keteladanan, dan memberikan rangsangan dan dorongan, serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa ( klien ) untuk maju.
Kedua belas asas bimbingan dan konseling tersebut pada dasarnya menegaskan bahwa para konselor merupakan para ahli yang memiliki kemampuan untuk membimbing kliennya, baik secara ikhlas maupun profesional sehingga mereka mampu meningkatkan taraf kehidupannya yang lebih baik, terutama berkaitan dengan persoalan mentalitas klien, baik dalam mnghadapi lingkungannya maupun orang-orang yang ada di sekelilingnya.
DAFTAR PUSTAKA

Himawati , Fenti. 2010.Bimbingan konseling.jakarta:PT. Raja Grafindo Persada
 Tohirin.2007. Bimbingan dan Konseling di sekolah dan madrasah berbasis integrasi. Jakarata:PT. Raja Grafindo Persada
Salahudin, Anas.2010.Bimbingan Konseling. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Senin, 03 September 2012

Evaluasi Pendidikan

Evaluasi berarti pengumpulan kenyataan secara sistematis untuk menetapkan apakah dalam kenyataannya terjadi perubahan dalam diri siswa dan menetapkan sejauh mana tingkat perubahan dalam diri pribadi siswa. Evaluasi Pendidikan adalah kegitan menilai yang terjadi dalam kegiatan pendidikan. Bertujuan melakukan evaluasi dalam proses belajar mengajar untuk mendapatkan informasi akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan instruksional oleh siswa sehingga dapat diupayakan tindak lanjutnya.
Evaluasi pendidikan dapat diartikan sebagai pengukuran atau penilaian hasil belajar-mengajar, padahal antara keduanya punya arti yang berbeda meskipun saling berhubungan. mengukur adalah membandingkan sesuatu dan satu ukuran (kuantitatif), sedangkan menilai berarti mengambil satu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk (kualitatif). Adapun pengertian evaluasi meliputi keduanya.
Meskipun sekarang memiliki makna yang lebih luas, namun pada awalnya pengertian evaluasi pendidikan selalu dikaitkan dengan prestasi belajar siswa. seperti definisi yang pertama dikembangkan oleh Ralph Tyler (1950) beliau mengatakan, bahwa evaluasi merupakan proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai. Jika belum, bagaimana yang belum ada dan apa sebabnya. Untuk definisi yang lebih luasdikemukakan oleh dua orang ahli lain yaitu Cronbach dan Stufflebeam, definisi tersebut adalah bahwa proses evaluasi bukan sekedar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat keputusan.
Yang dibahas dalam buku ini terutama adalah evaluasi pendidikan dalam institusi pendidikan, tetapi mengkhususkan evaluasi hasil belajar. Dalam dunia pendidikan,khususnya dunia persekolahan, penilaian mempunyai makna ditinjau dari berbagai segi:
Makna bagi siswa
Dengan diadakannya penilaian, maka siswa dapat mengetahui apakah dia telah berhasil mengikuti pelajaran yang telah diberikan oleh guru. Hasil yang diperoleh siswa dari pekerjaan menilai ini ada dua kemungkinan, memuaskan atau tidak memuaskan.
b. Makna bagi guru
Dengan hasil penilaian yang diperoleh guru akan dapat mengetahui siswa mana yang sudah berhak melanjutkan pelajarannya karena sudah berhasil menguasai bahan, maupun mengetahui siswayang belum berhasil menguasai bahan. Dengan petunjuk ini guru dapat lebih memusatkan perhatiannya pada siswayang belum berhasil. Apalagi jika guru tahu sebab-sebabnya.
c. Makna bagi sekolah
Apabila guru-guru mengadakan penilaian dan diketahui bagaimana hasil belajar siswa-siswanya,dapat diketahui pula apakah kondisi belajar yang diciptakan sekolah sudah sesuai harapan atau belum, karena hasil belajar merupakan cermain kualitas suatu sekolah.
Sasaran evaluasi
1. Input
Input merupakan aspek yang bersifat rohani yang setidak-tidaknya mencakup empat hal yaitu: Kemampuan, Kepribadian, sikap dan inteligensi.
2. Transformasi
Unsur-unsur dalam transformasi yang menjadi objek penilaian meliputi: kurikulum atau materi, metode dan cara penilaian, sasaran pendidikan/media, sistem administrasi, guru dan personal lainnya.
3. Output
Penilaian terhadap lulusan suatu sekolah dilakukan untuk mengetahui sebeapa jauh tingkat pencapaian/prestasi belajar mereka selama mengikuti program. Alat yang digunakan untuk mengukur pencapaian ini disebut tes pencapaian atau achievement test.
Prinsip dan Alat Evaluasi
Ada satu prinsip umum dan penting dalam kegiatan evaluasi, yaitu adanya triangulasi atau hubungan erat ketiga komponen yaitu antara tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran/KBM dan evaluasi.
Dalam pengertian umum, alat adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang dalam melaksanakan tugas atau mencapai tujuan lebih efektif dan efisien. Dengan pengertian tersebut maka alat evaluasi dapat dikatakan baik apabila mampu mengevaluasi suatu yang dievaluasi dengan hasil seperti keadaan yang dievaluasi. Dalam menggunakan alat tersebut evaluator menggunakan cara/tehnik, dan oleh karena itu dikenal dengan tehnik evaluasi. Ada dua tehnik dalam evaluasi, yaitu tehnik tes dan non tes.
Ciri-ciri tes yang baik
Sebuah tes yang dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memilki persyaratan tes, yaitu memiliki:
a. Validitas
Sebuah tes disebut valid apabila tes tersebut dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur. Contoh, untuk mengukur partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar, bukan diukur melalui nilai yang diperoleh pada waktu ulangan, tetapi dilihat melalui: kehadiran, terpusatnya perhatian pada pelajaran, ketepatan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru dalam arti relevan pada permasalahannya.
b. Reliabilitas
Berasal dari kata asal reliable yang artinya dapat dipercaya. Tes dapat dikatakan dapat dipercaya jika memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berkali-kali. Sebuah tes dikatakan reliabel apabila hasil-hasil tes tersebut menunjukan ketetapan. Jika dihubungkan dengan validitas, maka: Validitas adalah ketepatan dan reliabilitas adalah ketetapan.
c.Objektivitas
Sebuah dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam melaksanakan tes itu tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhi. hal ini terutama terjadipada sistem scoringnya. Apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka objektivitas menekankan ketetapan pada sistem scoringnya, sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes.
d. Prakitikabilitas
Sebuah tes dikatakan memiliki praktibilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis dan mudah pengadministrasiannya. tes yang baik adalah yang: mudah dilaksanakan, mudah pemeriksaannya, dan dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas.
e. Ekonomis
Yang dimaksud ekonomis disini ialah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan ongkos atau biaya yang mahal, tenaga yang banyak, dan waktu yang lama.