Jumat, 12 April 2013

APLIKASI MODEL PEMBELAJARAN PERTEMUAN KELAS DALAM PROGRAM LAYANAN BK


Model pembelajaran pertemuan kelas ini tidak hanya dilakukan oleh guru kelas. Namun seorang konselor sekolah atau guru pembimbing juga dapat menerapkan metode ini dalam pemberian layanan di kelas. Menurut saya model pertemuan kelas ini bisa dimasukkan ke dalam layanan bimbingan dan konseling, yaitu bimbingan kelompok. Apabila model pertemuan kelas diterapkan dalam dunia bimbingan dan konseling, konselor sekolah atau guru pembimbing bertindak sebagai pemimpin. Artinya, seorang pemimpin (konselor sekolah) bertanggung jawab untuk membimbing interaksi melalui tahap-tahap yang ada. Model ini dapat digunakan sebagai kriteria untuk melihat keaktifan siswa maupun keberanian siswa dalam mengemukakan berbagai pendapat. Tugas konselor sebagai adalah mengatur jalannya model pembelajaran ini dan mencatat siswa-siswa yang aktif atau pasif dalam kegiatan tersebut. Jika konselor sekolah sudah mendapat catatan siapa saja siswa yang pasif dalam kegiatan ini, maka sebagai tindak lanjutnya konselor sekolah dapat memberikan treatment atau perlakuan untuk mengubah perilaku siswa yang masih pasif tersebut agar menjadi aktif (perubahan perilaku positif).

Contoh :
Topik permasalahan    : Tawuran
Layanan                      : Bimbingan Kelompok



Tahap pertama : Membangun iklim keterlibatan
1.      Mendorong siswa untuk berpartisipasi dan berbicara untuk dirinya sendiri
Konselor atau guru pembimbing menciptakan suasana kelas yang hangat dan kondusif sehingga model pembelajaran pertemuan kelas dapat hidup. Sebelum dimulai, konselor membacakan aturan maupun tahapan dalam metode ini. Dalam proses ini, setiap anggota konseling kelompok harus bisa mengungkapkan pendapatnya tentang topik permasalahan yang didiskusikan, konselor hanya sebagai fasilitator yang mendorong para kliennya untuk bisa mengungkapkan permasalahannya.
Sesuai dengan topik permasalahan,  hal pertama yang dilakukan oleh para klien dalam bimbingan kelompok adalah ditumbuhkannya rasa keterbukaan, disini semua klien mempunyai masalah yang hampir sama kadarnya yaitu mengenai tawuran, disini masing-masing dari klien harus bisa terlibat dalam konseling, yaitu dengan dapat mengungkapkan masalah yang dialami maupun ide,pendapat yang ingin disampaikan.
2.   Berbagi pendapat tanpa saling menyalahkan atau menilai
Setelah konselor berusaha menciptakan suasana kelas yang hangat dan kondusif, serta menggugah motivasi siswa untuk perpartisipasi aktif dalam kegiatan ini. Tugas konselor selanjutnya adalah memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mengemukakan pendapatnya tanpa saling menyalahkan atau menjatuhkan satu sama lain.


Tahap kedua : Menyajikan masalah untuk didiskusikan
1.   Siswa dan atau pengajar membawa isu atau masalah
Konselor menyajikan masalah, yaitu tawuran. Setiap siswa harus mengetahui dan memahami tentang permasalahan tersebut.
2.   Memaparkan masalah secara utuh
Selanjutnya masalah tawuran yang sudah di angkat dalam forum kelas itu dipaparkan dan dikaji secara utuh. Setiap siswa mengupas permasalahan tersebut secara tuntas. Melihat dari keragaman karakteristik dan kemampuan menangkap informasi atau ilmu pengetahuan maka pemahaman terhadap masalah tawuran pun juga menumbuhkan banyak sudut pandang dan memunculkan keragaman pendapat. Tugas konselor tetap pada memfasilitasi dan mengatur jalannya diskusi.
3.   Mengidentifikasi akibat yang mungkin timbul
Diskusi yang terjadi di dalam kelas pada tahap ini membahas mengenai identifikasi akibat yang mungkin timbul dari tawuran. Setiap siswa mempunyai pemikiran masing-masing tentang akibat yang ditimbulkan dari tawuran. Dari banyaknya pemikiran siswa ini menimbulkan keragaman pendapat akibat tawuran.
4.   Mengidentifikasi norma sosial
Hasil pemikiran dari masing – masing siswa mengenai akibat tawuran selanjutnya diidentifikasi kesesuaiannya berdasarkan norma sosial yang berlaku di masyarakat. Sehingga diperoleh jawaban yang dominan, yaitu jawaban mengenai akibat tawuran yang sesuai dengan norma sosial.


Tahap ketiga : Membuat keputusan nilai personal
1.   Mengidentifikasi nilai yang ada di balik masalah perilaku dan norma sosial
Setelah menemukan identifikasi akibat tawuran yang sesuai dengan norma, kemudian diskusi selanjutnya adalah mengidentifikasi nilai – nilai sosial yang terkandung akibat tawuran.
2.   Siswa membuat kajian personal tentang norma yang harus diikuti sesuai dengan nilai yang dimiliki.
Tahap ini siswa mengkaji perilaku tawuran, artinya siswa mengkaji perilaku yang sesuai dan tidak menurut norma yang berlaku di masyarakat.


Tahap keempat : Mengidentifikasi pilihan tindakan
1.      Siswa mendiskusikan berbagai pilihan atau alternative perilaku
Siswa mendiskusikan berbagai pilihan alternatif untuk mengatasi perilaku tawuran.
2.      Siswa besepakat tentang pilihannya itu
Berbagai pilihan atau alternatif untuk mengatasi perilaku tawuran telah di dapat, kemudian dipilih mana yang paling tepat. Pemilihan alternatif cara mengatasi tawuran ini dipilih melalui kesepakatan seluruh peserta diskusi (siswa).


Tahap kelima : Membuat komentar
Siswa membuat komentar secara umum
Setelah siswa sepakat memilih beberapa alternatif cara mengatasi tawuran, selanjutnya adalah membuat komentar secara umum.


Tahap keenam : Tindak lanjut perilaku
Setelah periode tertentu, siswa menguji efektifitas dari komitmen dan perilaku baru itu.
Komentar dari para siswa kemudian ditindak lanjuti untuk dilakukan uji efektifitas dan menemukan cara mengatasi tawuran sebagai perubahan perilaku yang efektif.



 Writed by : Dani Wijanarko

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan.. sedikit kritik dan saran nya...