Model
pembelajaran pertemuan kelas ini tidak hanya dilakukan oleh guru kelas. Namun
seorang konselor sekolah atau guru pembimbing juga dapat menerapkan metode ini
dalam pemberian layanan di kelas. Menurut saya model pertemuan kelas ini bisa
dimasukkan ke dalam layanan bimbingan dan konseling, yaitu bimbingan kelompok.
Apabila model pertemuan kelas diterapkan dalam dunia bimbingan dan konseling,
konselor sekolah atau guru pembimbing bertindak sebagai pemimpin. Artinya,
seorang pemimpin (konselor sekolah) bertanggung jawab untuk membimbing interaksi
melalui tahap-tahap yang ada. Model ini dapat digunakan sebagai kriteria untuk
melihat keaktifan siswa maupun keberanian siswa dalam mengemukakan berbagai
pendapat. Tugas konselor sebagai adalah mengatur jalannya model pembelajaran ini
dan mencatat siswa-siswa yang aktif atau pasif dalam kegiatan tersebut. Jika
konselor sekolah sudah mendapat catatan siapa saja siswa yang pasif dalam
kegiatan ini, maka sebagai tindak lanjutnya konselor sekolah dapat memberikan
treatment atau perlakuan untuk mengubah perilaku siswa yang masih pasif
tersebut agar menjadi aktif (perubahan perilaku positif).
Contoh
:
Topik
permasalahan : Tawuran
Layanan
:
Bimbingan Kelompok
Tahap
pertama : Membangun iklim keterlibatan
1. Mendorong
siswa untuk berpartisipasi dan berbicara untuk dirinya sendiri
Konselor atau guru pembimbing menciptakan suasana
kelas yang hangat dan kondusif sehingga model pembelajaran pertemuan kelas
dapat hidup. Sebelum dimulai, konselor membacakan aturan maupun tahapan dalam
metode ini. Dalam proses ini, setiap
anggota konseling kelompok harus bisa mengungkapkan pendapatnya tentang topik
permasalahan yang didiskusikan, konselor hanya sebagai fasilitator yang
mendorong para kliennya untuk bisa mengungkapkan permasalahannya.
Sesuai dengan topik permasalahan,
hal pertama yang dilakukan oleh para klien dalam bimbingan kelompok
adalah ditumbuhkannya rasa keterbukaan, disini semua klien mempunyai masalah
yang hampir sama kadarnya yaitu mengenai tawuran, disini masing-masing dari klien harus bisa terlibat
dalam konseling, yaitu dengan dapat mengungkapkan masalah yang dialami maupun
ide,pendapat yang ingin disampaikan.
2. Berbagi
pendapat tanpa saling menyalahkan atau menilai
Setelah konselor
berusaha menciptakan suasana kelas yang hangat dan kondusif, serta menggugah
motivasi siswa untuk perpartisipasi aktif dalam kegiatan ini. Tugas konselor
selanjutnya adalah memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mengemukakan
pendapatnya tanpa saling menyalahkan atau menjatuhkan satu sama lain.
Tahap
kedua : Menyajikan masalah untuk didiskusikan
1. Siswa
dan atau pengajar membawa isu atau masalah
Konselor menyajikan
masalah, yaitu tawuran. Setiap siswa harus mengetahui dan memahami tentang
permasalahan tersebut.
2. Memaparkan
masalah secara utuh
Selanjutnya masalah
tawuran yang sudah di angkat dalam forum kelas itu dipaparkan dan dikaji secara
utuh. Setiap siswa mengupas permasalahan tersebut secara tuntas. Melihat dari
keragaman karakteristik dan kemampuan menangkap informasi atau ilmu pengetahuan
maka pemahaman terhadap masalah tawuran pun juga menumbuhkan banyak sudut
pandang dan memunculkan keragaman pendapat. Tugas konselor tetap pada
memfasilitasi dan mengatur jalannya diskusi.
3. Mengidentifikasi
akibat yang mungkin timbul
Diskusi yang terjadi di
dalam kelas pada tahap ini membahas mengenai identifikasi akibat yang mungkin
timbul dari tawuran. Setiap siswa mempunyai pemikiran masing-masing tentang
akibat yang ditimbulkan dari tawuran. Dari banyaknya pemikiran siswa ini
menimbulkan keragaman pendapat akibat tawuran.
4. Mengidentifikasi
norma sosial
Hasil pemikiran dari
masing – masing siswa mengenai akibat tawuran selanjutnya diidentifikasi
kesesuaiannya berdasarkan norma sosial yang berlaku di masyarakat. Sehingga
diperoleh jawaban yang dominan, yaitu jawaban mengenai akibat tawuran yang
sesuai dengan norma sosial.
Tahap
ketiga : Membuat keputusan nilai personal
1. Mengidentifikasi
nilai yang ada di balik masalah perilaku dan norma sosial
Setelah menemukan
identifikasi akibat tawuran yang sesuai dengan norma, kemudian diskusi
selanjutnya adalah mengidentifikasi nilai – nilai sosial yang terkandung akibat
tawuran.
2. Siswa
membuat kajian personal tentang norma yang harus diikuti sesuai dengan nilai
yang dimiliki.
Tahap ini siswa
mengkaji perilaku tawuran, artinya siswa mengkaji perilaku yang sesuai dan
tidak menurut norma yang berlaku di masyarakat.
Tahap
keempat : Mengidentifikasi pilihan tindakan
1.
Siswa mendiskusikan
berbagai pilihan atau alternative perilaku
Siswa
mendiskusikan berbagai pilihan alternatif untuk mengatasi perilaku tawuran.
2.
Siswa besepakat tentang
pilihannya itu
Berbagai
pilihan atau alternatif untuk mengatasi perilaku tawuran telah di dapat,
kemudian dipilih mana yang paling tepat. Pemilihan alternatif cara mengatasi
tawuran ini dipilih melalui kesepakatan seluruh peserta diskusi (siswa).
Tahap
kelima : Membuat komentar
Siswa
membuat komentar secara umum
Setelah
siswa sepakat memilih beberapa alternatif cara mengatasi tawuran, selanjutnya
adalah membuat komentar secara umum.
Tahap
keenam : Tindak lanjut perilaku
Setelah
periode tertentu, siswa menguji efektifitas dari komitmen dan perilaku baru
itu.
Komentar
dari para siswa kemudian ditindak lanjuti untuk dilakukan uji efektifitas dan
menemukan cara mengatasi tawuran sebagai perubahan perilaku yang efektif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan.. sedikit kritik dan saran nya...