Selamat sore para pembaca sekalian, bagaimanakah kabar kalian sekarang hari ini? biasa saja atau sedang luar biasa?? senang akhirnya setelah lama tidak mengetik di blog ini kembali setelah komputer yang harus di rawat inap di bengkel..
Tidak seperti postingan-postingan sebelumnya kita telah mempelajari tentang prinsip-prinsip dan segala antah berantah tentang bimbingan dan konseling. Namun, setelah saya belajar dan dari pengalaman di lapangan yang sudah saya ikuti di perkuliahan seperti PPL atau KKL, ada rasa yang sepertinya berbeda antara apa yang dipelajari dan bagaimanakah kenyataan yang ada.
Ketika di perkuliahan, seorang konselor menurut pandangan saya seperti seseorang yang selalu sempurna, sesosok manusia yang penuh dengan kebaikan.. yang pada akhirnya membuat kita sebagai seorang guru bimbingan dan konseling diharuskan memiliki pribadi dan tingkah laku yang harus mencerminkan sisi positif.
Seiring dengan waktu dan bertambahnya pola pikir, saya seperti merasakan bahwa konselor itu tidaklah seseorang yang sempurna, dia bukan Tuhan karena dia hanya seonggok daging dan tulang yang dibalut kulit, wajar saja jika seorang calon konselor seperti saya berpikir demikian menurut saya, pada kenyataannya masih banyak mahasiswa dan mungkin bahkan dosen atau orang yang bergerak di bidang psikologis sebenarnya masih membutuhkan layanan tersebut, tidak mungkin seorang dokter akan selalu sehat seterusnya, tidak mungkin seorang guru yang pintar dengan perkembangan jaman kalau tidak di gurui oleh orang lain.. DAN tidak mungkin seorang konselor dapat sempurna tanpa belajar dari para kliennya.
Terkadang cara seorang konselor pada praktiknya yang telah dilakukan oleh guru BK di sekolah sangat berbeda dengan teori-teori yang saya terima selama perkuliahan..
Kembali pada tempat saya mengetik di tempat saya duduk disini, saya melihat bahwa semua teori-teori tersebut tidak sepenuhnya dapat berjalan dengan baik, terkadang sesuatu pemecahan masalah tidak selamanya harus dipecahkan kedalam situasi yang formal, terkadang perasaan saling kebersamaan, kepercayaan, dan rasa ingin tolong menolong, itulah menurut saya yang terpenting. walaupun banyak yang akan menyanggah pernyataan saya yang nakal ini tentang semua teori-teori, karena harus saya buktikan dengan berbagai penelitian-penelitian. saya tidak bermaksud demikian, semua ini hanyalah uneg-uneg saya, jika seseorang tidak memiliki pemikiran seperti saya, mungkin konselor tidak akan bisa move on!!
Kembali teringat dengan seorang guru SMP yang membuat saya bermimpi ingin menjadi seorang konselor, sebuah hal yang membuat saya kagum bukanlah sikap dan tingkah lakunya, tetapi dari cara memandang kami sebagai orang yang begitu berharga, bukan sekedar kami adalah anak sekolah, tetapi kami dianggap sebagai anak-anaknya dan dia adalah orang tua yang selalu memberikan hal yang kami ingin tetapi takut untuk membela diri, dia tahu apa yang kami butuhkan dan memberikan apa yang kami perlukan..
Sesuatu hal tersebut sulit untuk saya bandingkan dengan kata-kata..
terlepas dari semua itu, pengalaman memang guru yang paling baik bagi saya, dan sebenarnya teori itu amatlah saya perlukan, namun tidaklah sebegitu fleksibelnya daripada apa yang ada dalam kreatifitas isi kepala saya sebagai seorang konselor untuk membantu para insan pendidikan yang selanjutnya akan menjadi penerus saya sebagai suatu bangsa..
Tidak seperti postingan-postingan sebelumnya kita telah mempelajari tentang prinsip-prinsip dan segala antah berantah tentang bimbingan dan konseling. Namun, setelah saya belajar dan dari pengalaman di lapangan yang sudah saya ikuti di perkuliahan seperti PPL atau KKL, ada rasa yang sepertinya berbeda antara apa yang dipelajari dan bagaimanakah kenyataan yang ada.
Ketika di perkuliahan, seorang konselor menurut pandangan saya seperti seseorang yang selalu sempurna, sesosok manusia yang penuh dengan kebaikan.. yang pada akhirnya membuat kita sebagai seorang guru bimbingan dan konseling diharuskan memiliki pribadi dan tingkah laku yang harus mencerminkan sisi positif.
Seiring dengan waktu dan bertambahnya pola pikir, saya seperti merasakan bahwa konselor itu tidaklah seseorang yang sempurna, dia bukan Tuhan karena dia hanya seonggok daging dan tulang yang dibalut kulit, wajar saja jika seorang calon konselor seperti saya berpikir demikian menurut saya, pada kenyataannya masih banyak mahasiswa dan mungkin bahkan dosen atau orang yang bergerak di bidang psikologis sebenarnya masih membutuhkan layanan tersebut, tidak mungkin seorang dokter akan selalu sehat seterusnya, tidak mungkin seorang guru yang pintar dengan perkembangan jaman kalau tidak di gurui oleh orang lain.. DAN tidak mungkin seorang konselor dapat sempurna tanpa belajar dari para kliennya.
Terkadang cara seorang konselor pada praktiknya yang telah dilakukan oleh guru BK di sekolah sangat berbeda dengan teori-teori yang saya terima selama perkuliahan..
Kembali pada tempat saya mengetik di tempat saya duduk disini, saya melihat bahwa semua teori-teori tersebut tidak sepenuhnya dapat berjalan dengan baik, terkadang sesuatu pemecahan masalah tidak selamanya harus dipecahkan kedalam situasi yang formal, terkadang perasaan saling kebersamaan, kepercayaan, dan rasa ingin tolong menolong, itulah menurut saya yang terpenting. walaupun banyak yang akan menyanggah pernyataan saya yang nakal ini tentang semua teori-teori, karena harus saya buktikan dengan berbagai penelitian-penelitian. saya tidak bermaksud demikian, semua ini hanyalah uneg-uneg saya, jika seseorang tidak memiliki pemikiran seperti saya, mungkin konselor tidak akan bisa move on!!
Kembali teringat dengan seorang guru SMP yang membuat saya bermimpi ingin menjadi seorang konselor, sebuah hal yang membuat saya kagum bukanlah sikap dan tingkah lakunya, tetapi dari cara memandang kami sebagai orang yang begitu berharga, bukan sekedar kami adalah anak sekolah, tetapi kami dianggap sebagai anak-anaknya dan dia adalah orang tua yang selalu memberikan hal yang kami ingin tetapi takut untuk membela diri, dia tahu apa yang kami butuhkan dan memberikan apa yang kami perlukan..
Sesuatu hal tersebut sulit untuk saya bandingkan dengan kata-kata..
terlepas dari semua itu, pengalaman memang guru yang paling baik bagi saya, dan sebenarnya teori itu amatlah saya perlukan, namun tidaklah sebegitu fleksibelnya daripada apa yang ada dalam kreatifitas isi kepala saya sebagai seorang konselor untuk membantu para insan pendidikan yang selanjutnya akan menjadi penerus saya sebagai suatu bangsa..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan.. sedikit kritik dan saran nya...